Rabu, 23 Maret 2016

Makalah HAKIKAT SASTRA ANAK



BAB I
HAKIKAT SASTRA ANAK
A.    Latar Belakang
Semua orang mengetahui, bahwa banyak manfaat sastra, antara lain sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Hal ini, karena dalam sastra anak terkandung pesan moral yang dapat membangun kepribadian positif pada anak.
Berkenaan dengan manfaat tersebut, maka kita harus mampu membedakan, memilih sastra yang cocok dan layak dikonsumsi oleh anak – anak dengan rambu – rambu kita harus memahami apa itu sastra anak. Oleh karena itu, pada bab ini dibahas hakeka sastra anak, karakteristik sastra anak, dan ragam sastra anak.

B.     Hakikat sastra anak
Sastra anak dapat didefinisikan dengan memperhatikan definisi sastra secara umum dan sastra secara bagaimana yang sesuai untuk anak. Mengenai hal ini ada beberapa pandangan berikut ini. Pertama, sastra anak adalah sastra yang sengaja memang ditujukan untuk anak – anak. Misal buku atau majalah anak-anak. Contohnya Bobo, Mentari, dan lain-lain. Kedua, sastra anak berisi cerita anak. Isi cerita yang dimaksud adalah cerita yang menggambarkan pengalaman, pemahaman dan perasaan anak. (Huck, et al.,1987:5). Ketiga, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak. Pandangan ini memang cukup beralasan karena hanya anak-anak yang benar-benar dapat mengekspresikan pengalaman, perasaan dan pemikirannya dengan jujur dan akurat. Akan tetapi, tidak dapat disangkal bahwa orang dewasa dapat menulis sastra anak. Beberapa nama tersebut adalah Anton Hilman, Laila S, dan juga J.K Rowling penulis novel laris Harry Potter. Keempat, ada juga pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang berisi nilai-nilai moral atau pendidikan yang bermanfaat yang bagi anak untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi anggota masyarakat yang beradab dan berbudaya. Pandangan ini merupakan pandangan yang paling “longgar” dalam membatasi apa itu sastra anak. Oleh karena itu Stewig (1980) misalnya, memandang bahwa sastra orang dewasa pun dapat digunakan sebagai “sastra anak” apabila mengandung nilai-nilai moral yang positif bagi anak. Contohnya adalah cerita rakyat yang pada umumnya berisi cerita tentang orang atau binatang yang diturunkan dari mulut ke mulut dan merupakan karya kolektif masyarakat masa lalu ini mengandung nilai-nilai moral yang bermanfaat bagi generasi muda, termasuk anak-anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan dan pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang anak-anak maupun pengarang dewasa. Topik sastra anak dapat mencangkup semua yang dekat dengan dunia anak, kehidupan manusia, binatang, tumbuhan yang mengandung nilai-nilai pendidikan, moral, agama, dan nilai-nilai posiif lainnya.

C.    Karakteristik Sastra Anak
            Karakteristik atau ciri-ciri sastra anak dapat dilihat dari berbagai segi, setidaknya dari dua segi, yaitu :
1.      Segi kebahasaan
a.       Struktur kalimat
Cerita anak biasanya menggunakan kalimat sederhana, dapat berupa kalimat tunggal, kalimat berita, kalimat tanya, atau kalimat perintah sederhana.

b.      Pilihan kata
Sastra anak pada umumnya menggunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya.

c.       Gaya bahasa/ majas
Sedikit sekali digunakan majas, karena sastra anak lebih banyak menggunakan kata-kata konkret.
2.      Segi kesastraan
Dapat dilihat dari unsur intrinsiknya, terutama pada karya fiksi. Dalam hal ini ciri itu dilihat dari unsur intrinsik utama karya sastra, yaitu :
a.       Alur cerita
Alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis menurut hukum kausalitas (sebab-akibat).

b.      Karakter/ tokoh cerita
Dilihat dari individunya, tokoh cerita anak dapat berupa manusia, binatang atau tanaman, bahkan benda lain seperti peralatan rumah tangga. Apabila tokoh cerita berupa manusia, biasanya yang menjadi tokoh utama adalah anak-anak.
Dilihat dari kompleksitas karakter, cerita anak-anak biasanya berisi tokoh yang berwatak datar. Watak tokoh cerita itu dapat dikenali dengan jelas apakah itu tokoh baik atau tokoh jahat. Pada cerita anak, jarang dijumpai tokoh yang berwatak banyak, yaitu tokoh yang memiliki unsur baik dan jahat sekaligus.

c.       Tema
Cerita anak biasanya memiliki tema tunggal tanpa subtema. Hal ini terkait dengan kemampuan anak yang terbatas dalam menggali tema dalam bacaan.

D.    Jenis Ragam Sastra Anak
Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki karakteristik umum (Lukens, 2003:13). Genre sastra anak menurut Lukens (2003:14-34) membagi sastra anak secara rinci namun terjadi ketumpangtindihan disana-sini karena suatu cerita dapat dimasukkan dalam lebih dari satu subgenre dengan kriteria yang berbeda. Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam 5 macam, yaitu:
1.      Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu mungkin saja ada dan terjadi walau tidak harus bahwa memang benar-benar ada dan terjadi. Peritiwa dan jalinan cerita yang dikisahkan masuk akal, logis.
  1. Cerita realisme
Cerita realistik biasanya bercerita tentang masalah-masalah sosial dengan menampilkan tokoh utama yang protagonis sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah yang dihadapai tokoh itulah yang menjadi sumber pengembangan konflik dan alur cerita.

  1. Realime binatang
Merupakan cerita tentang binatang yang bersifat nonfiksi. Bercerita tentang bentuk fisik, habitat, cara dan siklus hidup dari binatang. Pendeknya, realisme binatang berwujud deskripsi tentang binatang yang tidak mengandung personifikasi. Cerita realisme juga dapat dituliskan dengan lebih menarik, misalnya cerita tentang penjelajahan dan penemuan kebiasaan hidup, cara bertahan hidup, cara bergaul dengan sesamanya, dan lain-lain yang realistik tentang kehidupan binatang baik binatang jinak dan familiar maupun yang buas atau langka, seperti tayangan Planet Satwa, Killer Instinc, atau Wild Africa yang dapat disaksikan di televisi yang ternyata cukup menarik minat.

  1. Realisme Historis
Cerita realisme historis mengisahkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Contoh:Perang Diponegoro, Perang Paderi, Untung Suropati yang memang memiliki fakta kesejarahan. Realisme historis pada hakikatnya memang sejarah, sejarah yang ditulis dengan memperhatikan keindahan bahasa dan cara-cara penuturan. Untuk menjadi sastra anak, realisme historis haruslah dikemas dalam dengan cara penuturan dan bahasa yang sederhana dan lazimnya dilengkapi dengan gambar-gambar.

  1. Realisme Olahraga
Cerita tentang berbagai hal yang berkaitan dengan dunia olahraga. Realisme olahraga berkaitan dengan bermacam jenis dan tim olahraga dan para olahragawan yang terkenal seperti David Beckam untuk sepakbola, Mohammad Ali untk tinju, Susi Susanti untuk bulutangkis. Realisme olahraga dapat dipakai untuk menanamkan karakter fair play, kejujuran, kedisiplinan, dan lain-lain, untuk pengembangan diri anak.

2.      Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Fantas sering juga disebut cerita fantasi dan perlu dibedakan dengan cerita rakyat fantasi yang tidak pernah dikenali siapa penulisnya mencoba menghadirkan sebuah dunia lain di samping dunia realitas.
a.       Cerita fantasi
Dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut (hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita. Contohnya adalah cerita yang mengisahkan manusia biasa dapat berkawan dengan hantu, jin, atau makhluk halus lainnya seperti sinetron Jin dan Jun dan Tuyul dan Mbak Yul yang pernah ditayangkan ditelevisi.

b.      Cerita Fantasi tinggi
Dimaksudkan sebagai cerita yang pertama-tama ditandai oleh adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat. Konflik semacam ini sebenarnya merupakan tema umum yang telah mentradisi dan kebanyakan cerita memenangkan yang baik. Contoh cerita terkenal misalnya adalah Lord of the Ring (JRR. Tolkien) bahkan filmnya juga banyak digemari. Latar dapat bervariasi, biasanya masa lampau, namun sering berbeda dengan latar kehidupan kita.
c.       Fiksi Sain
Cerita ini biasanya lebih mengutamakan konflik, misalnya konflik kepentingan nilai-nilai kemanusiaan, daripada unsur penokohan. Secara tradisional fiksi sain sering berkaitan dengan kehidupan di masa depan atau sebagai variasi ditampilkan tokoh dari masa lampau atau masa mendatang. Fiksi sain dapat juga berkaitan atau menampilkan tokoh manusia robot atau robot manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar